Digital cinema : virtual screens

Digital cinema : virtual screens

Jumat, 23 April 2010

Cita-Cita

Banyak orang yang mengganggap mimpi atau impian itu sama dengan khayalan atau angan-angan tetapi sebenarnya serupa tapi tak sama. Mimpi atau impian itu lebih ke arah sesuatu yang dapat digapai sedangkan khayalan atau lamunan itu lebih ke arah keinginan yang tidak dapat direalisasikan.

Memang kalau tidur itu kita suka mimpi dari mulai yang aneh sampai yang ajaib, namun di sini mimpi dalam arti cita-cita beda dengan mimpi dalam tidur kita. Justru mimpi pada tidur dianggap sama seperti khayalan dan angan-angan.
Dari kecil kita pasti dinasehati oleh orangtua, guru ataupun buku untuk menggantungkan cita-cita setinggi langit. Semua itu memang benar karena dengan adanya cita-cita atau impian dalam hidup kita akan membuat kita semangat dan bekerja keras untuk menggapai kehidupan yang lebih baik di dunia.

Cita-cita yang baik adalah cita-cita yang dapat dicapai melalui kerja keras, kreativitas, inovasi, dukungan orang lain dan sebagainya. Khayalan hasil melamun cenderung tidak logis dan bersifat mubazir karena banyak waktu yang terbuang untuk menghayal yang tidak-tidak.

Dalam bercita-cita pun sebaiknya jangan terlalu mendetail dan fanatik karena kita bisa dibuat stres dan depresi jika tidak tercapai. Contoh adalah seseorang yang punya cita-cita jadi dokter. Ketika dia tidak masuk jurusan ipa dia stress, lalu gagal snmptn / spmb kedokteran dia stress, dan seterunya.

Tidak semua orang bisa menentukan cita-cita. Jika tidak bisa menentukan cita-cita, maka bercita-citalah untuk menjadi orang yang berguna dan dicintai orang banyak dengan hidup yang berkecukupan. Untuk mendapatkan motivasi dalam mengejar cita-cita kita bisa mempelajari kisah sukses orang lain atau membaca atau melihat film motivasi hidup seperti laskar pelangi.

Tapi jangan lupa dengan cita-cita setelah kita mati nanti yaitu masuk surga. Masuk surga pun harus kita perjuangkan selama kita hidup di dunia karena hidup kita pada dasarnya adalah untuk ibadah dan merupakan ujian Tuhan kepada kita. Kita mati tidak membawa apa-apa selain amal ibadah kita.

Hidup akan berguna jika kita lebih banyak memberi dan sedikit menerima. Banyak berbuat kebaikan dan melawan kejahatan jauh lebih membanggakan daripada hidup jadi penjahat dan mengejar kenikmatan dunia / hedonisme. Manusia tidak akan puas dengan harta, oleh karena itu hiduplah sederhana dan banyak memberi. Dengan begitu kelak di akhirat kita bisa tersenyum bangga atas kemenangan kita selama hidup di dunia.

Pengalaman pribadi saya mengenai cikta-cita ini berbeda jauh dengan apa yang saya harapkan tetapi saya yakin itulah jalan hidup yang telah dite ntukan Allah SWT. Jujur hidup saya ini seperti ada yang mengatur. Saya menglami hal-hal yang membuat saya bersuka maupun berduka. Cerita saya bermula ketika saya berumur 6 tahun ketika itu saya bercita-cita menjadi seorang tentara. Mengapa saya memilih ingin menjadi tentara? Karena waktu itu saya melihat bahwa menjadi tentara itu gagah dan berwibawa. Keinginan itu terus berlanjut hingga saya kelas 3 SMP atau sekitar umur 14 tahun. Pada saat itu saya ingin sekali bersekolah di SMA Taruna Nusantara di Magelang selepas SMP. SMA Taruna Nusantara adalah Sekolah Menengah Atas yang berbasis militer. Mungkin karena biaya, waktu itu saya sadar bahwa tidak hanya saya saja yang harus bersekolah tetapi adik-adik saya pun harus bersekolah. Kebetulan saya anak pertama dari tiga bersaudara dan biaya sekolah dan hidup di sana mahal. Lalu saya memupuskan cita-cita saya.

Kemudian saya bersekolah di SMA. Disana saya mulai mencari keahlian saya pada bidang apa? Alhamdulilah saya masuk jurusan IPA. Pada saat kelas XI IPA saya merasa bahwa kemampuan saya pada bidang mesin khususnya otomotif mulai mucul. Maklum bapak, om & pakde saya bergelut pada bidang permesinan otomatis sedikit besar mempengaruhi pada cita-cita saya. Lalu pada kelas XII IPA saya mendapatkan PMDK dari PNJ (Politeknik Negeri Jakarta) pada Jurusan Mesin program studi mesin. Pada saat itu saya sangat senang dan bangga bisa masuk kesana sebab dari 10 orang yang mengajukan PMDK kesana pada jurusan yang sama hanya saya yang diterima.

Saya menjalani hari demi hari disana selama 1 tahun. Tikba-tiba terjadi hal yang tidak diinginkan saya di DO (Drop Out). Saya di DO bukan karena nilai saya yang buruk tetapi ada hal X. Pada saat itu saya frustasi sebab sewaktu saya di mesin hasil prestasi saya cukup bagus malah dibilang bagus di banding teman-teman sekelas saya. Jujur pada waktu itu saya marah pada tuhan. Kemudian setelah saya merenungi, memahami & membca sms teman saya yang sekarang kuliah di FKM UI. Hati saya menjadi kuat. Kalimat sms nya begini “ Hidup adalah rangkaian ujian tiada henti. Kekecewaan mungkin terjadi karena yang kita inginkan tidak selamanya akan terwujud. Allah SWT tidak memberi apa yang kita harapkan, tapi dia memberi apa yang kita perlukan. Jauh di atas segalanya, Dia sedang merajut terbaik di kehidupan kita. Jalan Allah indah pada waktunya ”. Selesai saya membaca sms tersebut hati saya terenyuh dan mata saya mulai berair. Lalu saya ingat bahwa saya harus percaya bahwa takdir itu benar adanya. Semangat saya bangkit kemudian saya mencari tempat kuliah lagi. Lalu saya menjatuhkan pilihan di Universitas Gunadarma tapi saya memilih teknik informatika bukan teknik mesin seperti dulu di PNJ. Saya memilih teknik informatika karena pada saat bingung memilih harus kemana untuk melanjutkan kuliah. Sewaktu malam saya melakukan sholat istikharah dan ternyata pilihan saya jatuh pada teknik informatika universitas gunadarma. Dari kejadian yang pernah saya alami saya mgambil kesimpulan bahwa memang kita sebagai seorang muslim harus percaya rukum iman yang enam dan rukun islam yang lima dan setiap takdir manusia sudah ditulis di Lauhmahfudz serta cita-cita adalah penyemangat hidup kita di dunia .