Digital cinema : virtual screens

Digital cinema : virtual screens

Selasa, 15 Desember 2009

MASALAH SOSIAL DAN BAGAIMANA MENGATASI MASALAH SOSIAL TERSEBUT MENGGUNAKAN PENDEKATAN ISD

1. MASALAH – MASALAH SOSIAL DAN ILMU SOSIAL DASAR
a. Masalah – masalah Sosial
Masalah – masalah yang dihadapi masyarak tidaklah sama, hal ini disebabkan karena perbedaan tingkat perkembangan kebudayaan masyarakat dan keadaan lingkungan alam dimana masyarakat itu hidup.
Pengertian masalah sosial :
1. Menurut masyarakat, segala sesuatu yang menyangkut kepentingan umum adalah masalah sosial.
2. menurut para ahli, suatu kondisi atau perkembangan yang terwujud dalam masyarakat yang berdasarkan atas studi, mempunyai sifat yang dapat menimbulkan kekacauan terhadap masyarakat secara keseluruhan.
b. Cara menyelesaikan Masalah – masalah Sosial dan Ahli Ilmu Sosial
Masalah sosial merangsang masyarakat untuk mengidentifiksi, menganalisa, memahami dan memikirkan cara untuk mengatasinya. Ahli ilmu sosial seperti Merton dan Nizbet (1961), Denzin (1973), Gerson (1969), dan Brodly (1976), merasakan bahwa dengan menggunakan pendekatan masalah – masalah sosial sebagai kerangkanya maka hakikat masyarakat dan kebudayaan manusia akan lebih dapat dipahami.
1. Masalah – masalah Sosial dan Ilmu Sosial Dasar
ISD menggunakan kerangka pendekatan yang melihat sasaran studinya sebagai suatu masalah objektif dan subjektif. Secara objektif berarti, konsep dan teori yang berkenaan dengan hakikat manusia dan masalahnya yang telah dikembangkan dalam ilmu – ilmu sosial akan digunakan. Secara subjektif berarti, masalah – masalah yang dibahas tersebut akan dikaji menurut perspektif masyarakat yang bersangkutan dan dibandingkan dengan kacamata pengkaji atau mahasiswa yang mempelajari mata kuliah ISD.
penduduk dipengaruhi oleh :
- lokasi
- iklim
- sumber alam
- transportasi

Masalah Sosial Yang Menyangkut Penduduk Masyarakat dan Kebudayaan PENDUDUK MASYARAKAT

(Tugas ISD ke-2)
Masalah Sosial Yang Menyangkut Penduduk Masyarakat dan Kebudayaan
PENDUDUK MASYARAKAT
1. Penduduk Dunia dan Masalahnya
Masalahnya antara lain adalah :
a. Kelebihan penduduk
Disebabkan pengetahuan tentang kesehatan sudah meningkat , jadi kesehatan lebih terjamin dan tingkat kematian bayi rendah. maka akibatnya makin banyak pengangguran dan meningkatnya kriminalitas. ada e jenis kelebihan penduduk : kelebihan penduduk yang absolut dan kelebihan penduduk yang relatif
b. Kekurangan penduduk
Disebabkan para wanitanya lebih mengutamakan karir , tidak mau repot . itu mengakibatkan kekurangan tenaga kerja dan mampu menyeimbangkan jumlah penduduk
2. Pendidikan dan Kesehatan di Negara Berkembang
1. PENDIDIKAN
kurangnya pendidikan bagi anak skeolah disebabkan kemiskinan , terikat dalam pekerajan rumah tnagga, kekurangan tenaga pengajar, tida memiliki sekolah dasar.
2. KESEHATAN
- penyakit yang seirng di derita di negara negara berkembang adalah kebutaan , anemia , TBC, cacingan, POLIO, lepra.
- masyarakat di negara berkembang sering kekurangan gizi , terutama vit A dan kekurangan protein hewani
C. PERHATIAN PARA NEGARAWAN DAN ILMUWAN TERHADAP MASALAH PENDUDUK DUNIA
terbentuk kelompok roma(club of rome)yang n=mengadakan studi internasional tentang batas batas akhir pertumbuhan dunia yang mempelajari 5 unsur dominan : penduduk makin bertambah , pesatnya industrialisasi, produk pertanian, makin habis SDA yang tak tergantikan, makin rusak alam lingkungan.
D. USAHA MENGATASI PENDUDUK DUNIA
langkah – langkahnya : menyeimbangkan jumlah penduduk , peningkatan produksi bahan pangan, dan penyuburan tanah untuk mencegah erosi.
E. MASALAH PENDUDUK DI INDONESIA
1. RAPAT PENDUDUK Adalah perbandingan antara jumlah orang dengan tanah yang didiami dalam satuan luas.
2. PENYEBARAN PENDUDUK YANG TIDAK MERATA sehingga terjadi kelebihan dan kekurangan penduduk pada beberapa wilayah , yang dipengaruhi oleh : lokasi , iklim, sumber alam , dan transpotasi.
3.TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT YANG RELATIF RENDAH
sebab : kurangnya fasilitas pendidikan dann pendapatan ytang minim .
F. KEBIJAKSANAAN KEPENDUDUKAN
PENGERTIAN : kebijaksanaan suatu negara yang menyangkut kemakmuran penduduknya
TUJUAN : untuk tercapainya kesejateraan penduduk , terutama keseimbangan antara jumlah penduduk dengan hasil pembangunan.
USAHA USAHA YANG DILAKUKAN KEBIJAKSANAAN KEPENDUDUKAN
1. EKSTENSIFIKASI PERTANIAN : memperluas areal pertanian dengan forest clearing
INTENDIFIKASI PERTANIAN : pemupukan, pengairan, pemilihan bibit unggul ,dll
2. TRANSMIGRASI : pemindahan penduduk dari daerah padat ke daerah kurang padat
3. PENYEBARAN INDUSTRIALISASI : pembangunan industri yang menyebar keseluruh wilayah indonesia sehingga mendorong pembangunan masing masing daerah
4. KELUARGA BERENCANA : bertujuan untuk mengurangi laju pertambahan penduduk sehingga seimbang antara jumlah penduduk dengan produksi nasional
5. PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN: memperluas pendidikan dengan memanfaatkan secara efisien semua media yang ada
G. MIGRASI
PENGERTIAN : adalah perpindahan penduduk yang melintasi batas administrasi
TEORI MIGRASI
1. teori gravitasi (oleh ravenstain)
2. TEORI DORONG-TARIK(PUSH PULL THEORY oleh Everett)
mengemukakan 4 faktor seseorang untuk bermigrasi : faktor2 yang terdapat di daerah asal , yang terddapat di daerah tujuan, rintangan , pribadi.
MIGRASI INTERNAL : terjadi antara dua unit geografis dalam satu negara
MIGRASI INTERNASIONAL : terjadi antar negara .
emigrasi : migrasi internasional dipandang dari negara asal
imigrasi : migrasi internasional dipandang dari negara penerima
rumus tingkat migrasi :
jumlah migrasi dlm 1 th / jumlah penduduk x 1000
H. PEMBAGIAN KERJA DALAM MASYARAKAT
kurangnya kesempatan kerja disebabkan pertumbuhan pendudk , lambatnya perkembangan dalam bidang pertanian ,maka akibatnya pengangguran adan urbanisasi.
ketinpangan ketimpangan yang mempengaruhi usaha perluasan tenaga kerja:
- pola pemukiman penduduk antara pulau jawa dan luar jawa
-ketimpangan pemabngunan antar daerah
- kurang terdapatnya penyesuaian antara program pendidikan dengan arah pembangunan
- masalah pengangguran terbuka dan pengangguran terselubung

PERKEMBANGAN KEBUDAYAAAN
A.KEBUDAYAAN
pengertian : adalah hasi budi atau akal manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup.
menurut E.B taylor : kompilasi atau jalinan keseluruhan kenyataan dan kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat
dalam pandangan sosiologi , kebudayaan meliputi : kebudayaan material(berwujud barang), kebudayaan nonmaterial(berwujud kebiasaan).
B. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN KEBUDAYAAN
pada akhirnya terdapat konsepsi tentang kebudayaan manusia yang memberi gambaran bahwa hanya manusia saja yang mampu berkebudayaan/menghasilkan kebudayaan dan sebaliknya tak ada ebudayaan tanpa manusia.
C. HUBUNGAN MASYARAKAT DENGAN KEBUDAYAAN
- Masyarakat tdk dapat dipisahkan dengan manusia karena hanya manusia yang hidup bermasyarakat.
- dimana orang bermasyarakat akan timbul kebudayaan
- manusia , masyarakat dan kebudayaan merupakan kesatuan uth karena dari 3 unsur inilah kehiduap sosial berlangsung
D. WUJUD KEBUDAYAAN MENURUT KOENTJARANINGRAT
1. ide, gagasan , nilai nilai, norma praturan
2. kelakuan berpola manusia dalam masyarakat
3. hasil karya manusia
IV. PRANATA PRANATA DAN INSTITUSIONALISASI
A.PRANATA
adalah sistem tat kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas2 untuk memenuhi kompleks kebutuhan khusus dlm masy’ maka dibuat norma2 dalam masyarakat , yaitu :
1. cara : suatu perbuatan individu dengan individu lainnya dalam hubungn masyarakat
ex : cara orang minum
2. kebiasaan : perbuatan yang dilakukan berulang ulang
ex : menghormati orang yang lebih tua
3. tata kelakuan (mores) : kebiasaan2 yang ada dalam masyarakat yang diterima sebagai nama nama oengatur dalam masyaraat itu
4. adat kebiasaan (custom) : terjadi tata kelakuan yang kuat intregrasinya dgn pola perikelakuan masyarakat
ex : hukum adat di lampung yang melarang bercerai antara suami dan istri
PRANATA SOSIAL (INSTITUSI) DAN ASOSIASI
insititusi : bentuk2 aturan ,prosedur atau sistem , ex : institusi keluarga(perkawinan ,warisan,dll)
asosiasi : persekutuan atau grup yang terorganisir, ex : keluarga , negara, serikat,dan buruh
B. INSTITUSIONALISASI (PERLEMBAGAAN)
- merupakan proses perkembangan dari lembaga lembaga
- menurut SOEJONO SOEKANTO : proses dimana unsur norma menjadi bagian dari suatu lembaga. dengan demiian , unsur norma merupakan unsur dasar dari suatu lembaga
- institusionalisasi belum memiliki unsur unsur sistem sosial yang sempurna sebagaimana terdapat di dalam institusi(lembaga)
- proses ini terjadi jika suatu kelompok memutuskan bahwa seperangkat norma tertentu dianggap sangat penting bagi bagi kelangsungan hidupnya
Nama : Aditya Yanu Kurniawan
Kelas : 1IA05
NPM : 55409465
Resume Pertemuan Pertama Ilmu Sosial Dasar
Pada pertemuan pertama mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (ISD) dosen pembimbing memberikan materi mengenai softskill yang mulai diterapkan dikalangan mahasiswa. Universitas Gunadarma sendiri juga mulai menerapkan softskill kepada para mahasiswanya ditahun ajaran baru ini . Dengan adanya bimbingan softskill ini diharapkan para lulusan gunadarma tidak hanya apik dalam hal hardskill saja tapi juga mempunyai hardskill yang mantap dan siap di adu dengan lulusan universitas lain. Oleh karena itu, Universitas Gunadarma memberikan materi penunjang berupa kepada para mahasiswanya. Softskill yang diberikan itu meliputi cara mengkoordinasi tugas-tugas kelompok dengan anggota kelompok yang lainnya,bagaimana cara beradaptasi dengan lingkungan kerja nantinya,dan juga memiliki kecakapan dalam hal berani mengemukakan pendapat dengan bahasa yang apik pula. Selain itu,juga di beritahukan kepada mahasiswa tips-tips sukses kuliah di Universitas Gunadarma. Tips-tips itu antara lain : – Rajinlah membuat tulisan,baik di buku catatan atau pun di blog – Rajinlah membuka studentsite,karena banyak info seputar perkuliahan disana – Latihlah softskill kamu dari saat ini Permasalahan sosial pun tak luput menjadi pembahasan dalam pertemuan ISD kali ini.

Selasa, 17 November 2009

Tari Gandrung Bayuwangi

Gandrung Banyuwangi berasal dari kata "gandrung", yang berarti 'tergila-gila' atau 'cinta habis-habisan' dalam bahasa jawa. Kesenian ini masih satu genre dengan seperti ketuk tilu di Jawa Barat, tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, lengger di wilayah Banyumas dan joged bumbung di Bali, dengan melibatkan seorang wanita penari profesional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik(gamelan).

Bentuk kesenian yang didominasi tarian dengan orkestrasi khas ini populer di wilayah Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, dan telah menjadi ciri khas dari wilayah tersebut, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan gandrung. Kenyataannya, Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung dan patung penari gandrung dapat dijumpai di berbagai sudut wilayah Banyuwangi.

Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya. Menurut kebiasaan, pertunjukan lengkapnya dimulai sejak sekitar pukul 21.00 dan berakhir hingga menjelang subuh (sekitar pukul 04.00).

Sejarah

Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan dan, menurut laporan Scholte (1927), instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. Pada saat itu, biola telah digunakan. Namun demikian, gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an, yang diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk transvestisme atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan.

Gandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah adalah gandrung Semi, seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh tahun pada tahun 1895. Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar seperti “Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan seblang sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya gandrung oleh wanita.

Tradisi gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat. Pada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di samping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20.

Tata busana penari Gandrung Banyuwangi khas, dan berbeda dengan tarian bagian Jawa lain. Ada pengaruh Bali (Kerajaan Blambangan) yang tampak.

Bagian Tubuh

Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam, dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada, sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu.

Bagian Kepala

Kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan diberi ornamen berwarna emas dan merah serta diberi ornamen tokoh Antasena, putra Bima] yang berkepala manusia raksasa namun berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung. Pada masa lampau ornamen Antasena ini tidak melekat pada mahkota melainkan setengah terlepas seperti sayap burung. Sejak setelah tahun 1960-an, ornamen ekor Antasena ini kemudian dilekatkan pada omprok hingga menjadi yang sekarang ini.

Selanjutnya pada mahkota tersebut diberi ornamen berwarna perak yang berfungsi membuat wajah sang penari seolah bulat telur, serta ada tambahan ornamen bunga yang disebut cundhuk mentul di atasnya. Sering kali, bagian omprok ini dipasang hio yang pada gilirannya memberi kesan magis.

Bagian Bawah

Penari gandrung menggunakan kain batik dengan corak bermacam-macam. Namun corak batik yang paling banyak dipakai serta menjadi ciri khusus adalah batik dengan corak gajah oling, corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah pada dasar kain putih yang menjadi ciri khas Banyuwangi. Sebelum tahun 1930-an, penari gandrung tidak memakai kaus kaki, namun semenjak dekade tersebut penari gandrung selalu memakai kaus kaki putih dalam setiap pertunjukannya.

Lain-lain

Pada masa lampau, penari gandrung biasanya membawa dua buah kipas untuk pertunjukannya. Namun kini penari gandrung hanya membawa satu buah kipas dan hanya untuk bagian-bagian tertentu dalam pertunjukannya, khususnya dalam bagian seblang subuh.

Musik Pengiring

Musik pengiring untuk gandrung Banyuwangi terdiri dari satu buah kempul atau gong, satu buah kluncing (triangle), satu atau dua buah biola, dua buah kendhang, dan sepasang kethuk. Di samping itu, pertunjukan tidak lengkap jika tidak diiringi panjak atau kadang-kadang disebut pengudang (pemberi semangat) yang bertugas memberi semangat dan memberi efek kocak dalam setiap pertunjukan gandrung. Peran panjak dapat diambil oleh pemain kluncing.

Selain itu kadang-kadang diselingi dengan saron Bali, angklung, atau rebana sebagai bentuk kreasi dan diiringi electone.

Tahapan-Tahapan Pertunjukan

Pertunjukan Gandrung yang asli terbagi atas tiga bagian:

  • jejer
  • maju atau ngibing
  • seblang subuh

Jejer

Bagian ini merupakan pembuka seluruh pertunjukan gandrung. Pada bagian ini, penari menyanyikan beberapa lagu dan menari secara solo, tanpa tamu. Para tamu yang umumnya laki-laki hanya menyaksikan.

Maju

Setelah jejer selesai, maka sang penari mulai memberikan selendang-selendang untuk diberikan kepada tamu. Tamu-tamu pentinglah yang terlebih dahulu mendapat kesempatan menari bersama-sama. Biasanya para tamu terdiri dari empat orang, membentuk bujur sangkar dengan penari berada di tengah-tengah. Sang gandrung akan mendatangi para tamu yang menari dengannya satu persatu dengan gerakan-gerakan yang menggoda, dan itulah esensi dari tari gandrung, yakni tergila-gila atau hawa nafsu.

Setelah selesai, si penari akan mendatang rombongan penonton, dan meminta salah satu penonton untuk memilihkan lagu yang akan dibawakan. Acara ini diselang-seling antara maju dan repèn (nyanyian yang tidak ditarikan), dan berlangsung sepanjang malam hingga menjelang subuh. Kadang-kadang pertunjukan ini menghadapi kekacauan, yang disebabkan oleh para penonton yang menunggu giliran atau mabuk, sehingga perkelahian tak terelakkan lagi.

Seblang subuh

Bagian ini merupakan penutup dari seluruh rangkaian pertunjukan gandrung Banyuwangi. Setelah selesai melakukan maju dan beristirahat sejenak, dimulailah bagian seblang subuh. Dimulai dengan gerakan penari yang perlahan dan penuh penghayatan, kadang sambil membawa kipas yang dikibas-kibaskan menurut irama atau tanpa membawa kipas sama sekali sambil menyanyikan lagu-lagu bertema sedih seperti misalnya seblang lokento. Suasana mistis terasa pada saat bagian seblang subuh ini, karena masih terhubung erat dengan ritual seblang, suatu ritual penyembuhan atau penyucian dan masih dilakukan (meski sulit dijumpai) oleh penari-penari wanita usia lanjut. Pada masa sekarang ini, bagian seblang subuh kerap dihilangkan meskipun sebenarnya bagian ini menjadi penutup satu pertunjukan pentas gandrung.

Perkembangan terakhir

Kesenian gandrung Banyuwangi masih tegar dalam menghadapi gempuran arus globalisasi, yang dipopulerkan melalui media elektronik dan media cetak. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi pun bahkan mulai mewajibkan setiap siswanya dari SD hingga SMA untuk mengikuti ekstrakurikuler kesenian Banyuwangi. Salah satu di antaranya diwajibkan mempelajari tari Jejer yang merupakan sempalan dari pertunjukan gandrung Banyuwangi. Itu merupakan salah satu wujud perhatian pemerintah setempat terhadap seni budaya lokal yang sebenarnya sudah mulai terdesak oleh pentas-pentas populer lain seperti dangdut dan campursari.

Minggu, 04 Oktober 2009

Korban Gempa Memerlukan Bantuan Segera

Version:1.0 StartHTML:0000000168 EndHTML:0000003866 StartFragment:0000000468 EndFragment:0000003849


Ratusan korban gempa Sumatera Barat,terutama di Kabupaten Pariaman,hingga Jumat(2/10),belum mendapatkan bantuan.Warga sangat membutuhkan pakaian,selimut,dan tenda agar dapat berteduh pada siang hari dan tidur pada malam hari.

Selain itu,warga meminta pemerintah daerah menyediakan peralatan berat untuk menyingkirkan reruntuhan rumah.’’Petugas dari kantor desa sudah datang tadi pagi untuk mencatat warga yang rumahnya mengalami kerusakan .Namun petugas itu baru sebatas mencatat saja dan belum ada bantuan apapun’’,ujar Zaini,warga desa Toboh Gadang,Pariaman,yang ditemui salah satu posko bantuan desa itu,Jumat.

Menurut Zaini,sampai dengan kamis malam,seluruh warga yang menjadi korban gempa di lingkungan rumahnya memilih tinggal di Masjid desa.Masjid diisi sedikitnya oleh 50 warga yang kehilangan rumah.Pada hari pertama warga memilih tidur di dalam tenda dilapangan terbuka di halaman rumah.’’Tadi malam,kami berkumpul di masjid karena air tersedia dan ada generator untuk penerangan,’’ujar Zaini.

Sumarni(67), warga Desa Sei Deras Pilubang, Pariaman, ketika ditemui sedang berupaya mencari pakaian yang masih dapat dipakai dari reruntuhan rumahnya. Tiga anak perempuannya tampak sedang membersihkan sejumlah pakaian di atas tikar di halaman.Rumah janda beranak tujuh nyaris roboh total,kecuali bangunan dapur yang terpisah dari bangunan induk.

‘’Kami butuh pakaian karena saat gempa kemarin,kami tidak ingat apa-apa lagi kecuali menyelamat diri.Saya berlari sejauh dua kilometerkarena takut akan terjadi Tsunami,’’ujar Sumarni.

Pengelolaan bantuan korban gempa memang tampak belum terkoordinasi denga baik.Sejumlah posko gempa di Pariaman didirikan ala kadarnya tanpa koordinasi dengan aparat desa.Masing-masing posko berdiri sendiri dan berupaya mencari bantuan dari para pengendara yang lewat.

‘’Posko dibuat hanya kebijakan di desa ini.Kalu ada bantuan yang diterima,mereka segera menyalurkannya kepada tetangga yang membutuhkan.Namun,sampai hari ini,jumlah sumbangannya hanya mampu untuk membeli mie instan,’’kata Zakaria di posko desa Sintuk.(sah)